Breaking News

Selasa, 13 Mei 2025

Pertunjukan Tayub Di Kabupaten Grobogan

 


Grobogan – Radar Tujuh , Tradisi Merti Desa di Desa Sugihmanik, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah kembali digelar, Selasa (13/5/2025).


Salah satu tradisi yang ditampilkan yakni pertunjukan kesenian tradisional tayub yang dipusatkan di tempat yang dinamai Balai Panjang, di desa setempat.


Kepala Desa Sugihmanik Imam Santoso menceritakan, Merti Desa merupakan tradisi turun-temurun. Dijelaskannya, asal-usul tradisi tersebut berkaitan erat dengan sejarah kedatangan Sunan Kalijaga di desa setempat.


”Tradisi ini diyakini sudah ada sejak masa Sunan Kalijaga, ditandai dengan dua sendang bersejarah di desa kami, yakni Sendangsari dan Sendangmudal. Dulu, rombongan Sunan Kalijaga berhenti dan memunculkan mata air dari batu besar,” ujar Imam.


Dari situlah warga percaya, tradisi tersebut membawa berkah dan menjaga ikatan spiritual dengan masa Kasunanan Demak. Masyarakat pun aktif terlibat dalam setiap rangkaian acara Merti Desa atau sedekah bumi tersebut.


Rangkaian acara digelar selama dua hari berturut-turut sejak Senin (12/5/2025) kemarin. Dalam dua hari itu digelar tiga kegiatan utama, yakni karnaval hasil bumi dan budaya, pertunjukan wayang kulit pada malam hari.


Kemudian, acara puncaknya adalah prosesi bersih sendang dan pertunjukan tari tayub.


”Antusiasme warga luar biasa. Mereka hadir di semua acara dan ikut berkontribusi. Iuran per kepala keluarga sekitar Rp 30 ribu, ditambah dukungan dari pihak swasta dan dana desa sebesar Rp 25 juta,” tambah Imam.


Pertunjukan tayub di Balai Panjang menjadi yang paling dinanti dalam agenda tahunan itu. Ratusan, bahkan mungkin mencapai ribuan warga dari berbagai usia memadati lokasi hingga ke luar area.


Tradisi nayub atau menari tayub dipercaya warga sebagai simbol ungkapan syukur dan sarana mempererat kebersamaan.


Imam mengatakan, semangat gotong royong dan nilai budaya menjadikan Merti Desa Sugihmanik tak hanya sebagai pesta rakyat, tetapi juga tradisi yang terus dijaga kelestariannya.


”Senang saja lihat ledhek (penari tayub perempuan). Ini tradisi tahunan, dan saya selalu sempatkan ke sini walau tinggal di luar kota,” kata Sholikin yang datang bersama keluarganya. AN - Sumber Media : murianews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar